Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan agenda global yang memiliki tujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi masyarakat dunia. Berdasarkan 17 pilar yang dimiliki, secara komprehensif hal tersebut berpedoman terhadap terciptanya kesejahteraan bagi manusia dan lingkungan. Pembahasan terkait sistem berkelanjutan merupakan bentuk kolaborasi dari prinsip ekonomi dan ekologi. Krisis ekonomi dan finansial akan memberi beban terhadap lingkungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Eksplorasi yang tidak mengenal batas berpotensi mengarah ke aktivitas eksploitasi yang berdampak buruk terhadap manusia dan lingkungan. Basis prinsip berkelanjutan sudah seharusnya diterapkan pada setiap lini kehidupan manusia untuk menjaga kesejahteraan seluruh makhluk hidup di bumi, dalam hal ini bukan hanya manusia melainkan termasuk hewan dan tumbuhan. Kehidupan yang harmonis antar makhluk hidup akan menciptakan ruang yang nyaman untuk bertumbuh dan berkembang dalam formasi lingkungan yang lestari.
Sampai dengan triwulan III-2024, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,03 % (c-to-c), dalam skala yang lebih luas angka tersebut memberikan gambaran keberlanjutan tren pertumbuhan sepanjang tahun yang relatif menggembirakan. Secara global pertumbuhan ekonomi saat ini dipengaruhi oleh kejadian luar biasa seperti pandemi COVID-19 serta kondisi geo-political yang menyebabkan disrupsi supply sehingga menaikkan harga komoditas. Seperti efek domino, naiknya harga komoditas berdampak terhadap naiknya harga pupuk, pangan dan energi yang merupakan fondasi kehidupan manusia. Pertumbuhan ekonomi bukan hanya soal angka melainkan berupa proyeksi bagaimana kegiatan ekonomi bergerak dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi manusia sehingga manusia mampu mencapai tingkat kesejahteraan yang layak. Gagasan utama ekonomi adalah bagaimana caranya manusia mampu memperoleh kehormatannya sebagai manusia yang produktif karena berhasil menghidupi hidupnya. Hingga kini kegiatan konsumsi masih menjadi komponen utama sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebab mampu memberikan gambaran terkait daya beli masyarakat.
Optimalisasi pertumbuhan ekonomi dengan mengedepankan harmonisasi antara alam dan lingkungan dapat tercipta melalui strategi pembangunan hijau sehingga tersedia peluang ekonomi baru dan pengurangan terhadap dampak negatif lingkungan. Ekonomi hijau hadir menawarkan solusi dalam merespon krisis global. Konsep ekonomi hijau menekankan pada penurunan emisi karbon, efisiensi sumber daya, inklusif secara sosial, pencegahan degradasi biodiversitas dan jasa lingkungan. Sama seperti konsep perekonomian pada umumnya, produktivitas menjadi akar dan fondasi utama pertumbuhannya, manusia sebagai pelaku ekonomi harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang cukup untuk memaksimalkan fungsi manusia secara utuh. Hal tersebut dapat terpenuhi apabila hak-hak untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan terakses dengan baik. Dalam konteks yang lebih luas ketika masyarakat global berfokus terhadap pembangunan manusia maka akan semakin tepat untuk tidak lagi menempatkan manusia sebagai faktor produksi dan sumber daya.
Ekonomi hijau bersandar terhadap prinsip-prinsip kesejahteraan, keadilan, kesadaran lingkungan untuk mematuhi batas-batas alam (carrying capacity), efisiensi dan kecukupan serta integrasi antara sains dengan pengetahuan lokal. Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara, dan ke-4 di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi hijau di Asia Tenggara. Selain populasi manusianya, status sebagai negara megabiodiversitas ke-2 di dunia menempatkan Indonesia dalam posisi strategis untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi hijau ke dalam sistem perekonomian nasional, terutama melalui sektor-sektor utama seperti energi berkelanjutan, lanskap berkelanjutan, dan infrastruktur berkelanjutan.
Ekonomi hijau tidak hanya menjadi pilar penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif, tetapi juga menjadi kunci untuk mengatasi tantangan lingkungan, seperti perubahan iklim dan degradasi ekosistem. Dengan mendorong inovasi di bidang pertanian cerdas, teknologi rendah karbon, dan investasi dalam praktik berkelanjutan, Indonesia dapat memanfaatkan kekuatan populasi besar untuk menciptakan pasar domestik yang tangguh dan menjadi contoh global dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dimana hal ini sejalan dengan pilar ke-8 SDGs yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua. Implementasi ekonomi hijau menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Transisi energi memerlukan sumber daya berupa infrastuktur dan kebijakan yang holistik, kerjasama antar semua lapisan masyarakat baik praktisi serta akademisi dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan industri hijau yang berkelanjutan dan inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat.
Online Via Zoom
Hari/Tanggal: Sabtu, 10 Mei 2025
Waktu: 08.00-12.00 WIB